KKN di Desa Penari Uncut (2022)

KKN di Desa Penari

Meski udah mundur sejak rencana akan tayang 19 Maret 2020, ternyata film KKN Di Desa Penari tetap saja dibanjiri penonton, ya. Apa, sih, yang bikin film itu jadi fenomenal? Usut punya usut, ternyata film ini diangkat dari cerita horor yang viral di Twitter tahun 2019.

Film berdurasi 129 menit ini disutradari oleh Awi Suryadi dari skenario yang ditulis Lele Laila. Hem, review alur ceritanya dulu, yuk.

Alur Cerita

Setelah Pak Prabu (Kiki Narendra) selaku kades menyetujui, akhirnya enam mahasiswa bisa menjalankan KKN di desanya yang terpencil. Nur (Tissa Biani), Bima (Achmad Megantara), Ayu (Aghniny Haque), Widya (Adinda Thomas), Anton (Calvin Jeremy), dan Wahyu (M. Fajar Nugraha), mulai bikin program kerja. Meski, Nur udah mencium ada yang nggak beres sejak awal mereka datang.

Apalagi ketika mereka menyadari nggak ada remaja seusia mereka di desa itu. Juga imbauan Pak Prabu tentang Hutan Larangan.

Sayangnya, imbauan itu mereka langgar. Bima dan Ayu justru berbuat mesum di Hutan Larangan itu. Sialnya, perbuatan itu dipergoki Nur yang curiga sama kelakuan mereka.

Efeknya, Bima dan Ayu yang udah terjebak dalam perangkap, nggak bisa keluar dari desa itu. Mereka harus jadi ‘budak’ Badarawuhi (Aulia Sarah), si hantu penari.

Seputar Film KKN di Desa Penari

Oke, ketika menonton film ini, banyak pertanyaan di benakku. Aku merasa ada yang aneh, meski nggak bisa dikatakan plothole juga.

Nggak dijelaskan di mana Desa Penari itu. Tapi kalau didengar dari logat pemainnya, Desa Penari ini pasti ada di daerah Jawa Timur. Mungkin Banyuwangi kali, ya, yang memang terkenal sama penari-penarinya.

Tapi anehnya, kalau memang ada di Jawa Timur, kenapa belum ada listrik yang masuk ke desa itu? Padahal seperti yang kita tau, kepadatan penduduk Jawa yang memungkinkan semua wilayah udah dialiri listrik. Apa KKN itu dilakukan sebelum listrik masuk desa? Tahun kapan? Padahal interview Nur di akhir film dilakukan tahun 2013. 

Juga ketika mereka pergi ke kota buat beli jajanan. Kalau memang jauh, kenapa juga harus ke kota?   

Lalu, kalau film ini masuk kategori horor, bagian yang mana? Apa hanya karena sebuah scene ketika Nur sama Widya gantian mandi terus diliatin genderuwo? Padahal Widya yang ‘mandi lebih lama’ bisa berganti baju tanpa lari terbirit-terbirit.

Penokohan per individu juga kurang jelas, bahkan aku merasa tokoh Nur nggak cocok diperankan sama Tissa Biani. Kurang greget. Beberapa kali juga terjadi jump scare yang sedikit membingungkan.

Di akhir cerita ketika Nur bertanya pada ustaznya, kenapa dia bisa selamat dari semua kejadian di Desa Penari itu. Sang ustaz bilang, ada yang selalu melindunginya, seorang nenek yang menumpang di pundak Nur. Terus, siapa sebenarnya nenek itu? Apa hubungannya sama Nur? Apa nenek itu juga ada kaitannya sama Desa Penari?

Pesan Moral Film KKN di Desa Penari

Apa, sih, yang bisa diambil hikmahnya dari film ini? Meski menurutku kurang greget, tapi ada beberapa pesan moral yang bisa kita ambil.
  • Hargailah asal-usul dan adat istiadat suatu tempat yang kita datangi.
  • Berkomunikasilah dengan penduduk setempat dengan baik. Bolehlah kita bertanya sekilas tentang tempat yang akan kita tinggali itu. Selain itu, beradaptasilah dengan lingkungan baru.
  • Utamakan tata krama dengan orang yang lebih tua, apalagi di tempat baru.
  • Jaga sikap saat menumpang di rumah orang. Contohnya Ayu yang pake baju seksi ketika pertama bermalam.
  • Jangan asal bicara, apalagi di tempat yang 'rawan' mistisnya. Ingat, ucapan adalah doa.
  • Gunakan logika dan asal sehat tentang perasaan cinta. Di film ini, Bima melakukan apa pun biar Widya menyukainya.
  • Penting banget mengutamakan kebersamaan kelompok. Di film ini, hubungan mereka menjadi renggang hanya karena suatu permasalahan.
  • Fokus dan bertanggung jawablah dalam menyelesaikan tugas kuliah, nggak hanya mementingkan kepentingan diri sendiri.

Semoga saja Film KKN di Desa Penari ini bisa diambil hikmahnya oleh masyarakat luas, terutama remaja-remaja untuk selalu bersikap sopan dan santun di manapun berada.

Posting Komentar

23 Komentar

  1. Meski sempat pending, para penonton masih sangat setia menunggu sampai rilis. Sudah kadung penasaran sejak trending di twitter sepertinya...

    BalasHapus
  2. Saya blm nonton filmnya sampai sekarang. Baru tahu dari review di sini. Sesuai prediksi, film ini banyak kurangnya tapi dengan kisah viralnya jadi banyak orang yang penasaran buat nonton hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba tonton, Kak. Mungkin review kita berbeda :)

      Hapus
  3. Filmnya ga begitu horror ya mbak? Aku gak mau nonton film ini soalnya ga suka film horror. Tapi sampai hype bgt filmnya. Aku deg²an pas baca judulnya, takut menemukan adegan yg serem wkwk tpi ternyata ga ada ya kalau aku baca reviewnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurutku sih nggak horor, tapi kaget pasti ada.

      Hapus
  4. Jujur belum nonton film-nya, karena gak begitu berani menikmati film horor.
    Tapi setuju banget mba sama ringkasan pesan moral film KKN di Desa Penari yang ada di ulasan artikel ini. Harus dicatat dan diterapkan agar bijak dalam bersikap dimana pun berada.

    BalasHapus
  5. Belum nonton sama sekali KKN di Desa Penari ini, karena memang kurang tertarik juga dengan banyaknya review minus dari yang sudah menonton duluan, dan ternyata makin menguatkan setelah membaca review dari Mbak DIni ini, versi uncutnya saja banyak yang jump scene, ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku kira setelah baca review ini malah jadi penasaran sama filmnya, Pak Yo. Hi hi.

      Hapus
  6. Betul sekali salah satu poin penting adalah menjaga adab dimana pun kita berada

    BalasHapus
  7. Banyak yang bilang film nya nggak sesuai ekspektasi. Denger2, biaya produksinya jg gede bgt ini film. Aku sendiri baru2 aja nonton filmnya. Tapi emang kurang greget ya, mba. Kurang horor buat film horor.

    BalasHapus
  8. Bener banget, nih film menarik banyak penonton. Bioskop-bioskop penuh. Nah dalam setiap hasil karya akan selalu ada nilai moral yang disampaikan kepada penonton. Namun sayang sekali jarang yang mau menangkap pesan moral yang ada

    BalasHapus
  9. Aku blm nonton filmnya, hanya baca2 review.
    Cumann, aku penasaran dengan kodam. Apakah benar adanya ?

    Setuju juga memang kurang greget, lebih kerasa emosi nya pas baca thread nya hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wallahu'alam, Mbak. Seharusnya kita nggak bisa lihat hal-hal yang begituan sih.

      Hapus
  10. Aku ngikutan threadnya di twitter cuma nggak berani nonton karena takut kebayang-bayang mba, jadi lebih seneng baca review atau diceritain aja kalau film horor hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak seru, dong. Coba tonton dulu deh. Mungkin kehororan kita beda level. He he.

      Hapus
  11. betul banget ini di Banyuwangi, waktu itu memnag sempat heboh di Surabaya, karena pelakunya akhirnya meninggal semua selang beberapa bulan
    kehebohan ini sebelum filmnya muncul lo
    di jatim belum semuanya terjangkau listrik dan pendidikan mak, ada daerah yang terpencil banget memang susa dijangkau
    menghormati kearifan lokal itu penting banget termasuk adat istiadatnya, pantang untunk seenaknya sendiri karena bagaimanapun juga penduduk lokal yang lebih paham daerahnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Jatim beneran masih ada daerah yang terpencil, tho? Pemda setempat udah ada upaya biar bisa akses ke sana?

      Hapus
  12. Jujur aku terpaksa nonton ini, dipaksa dua sahabatku wkww. Satu-satunya film horor yang kutonton di bioskop. Biasanya aku pilih-pilih banget nonton film di bioskop hahhaa.

    BalasHapus

Terima kasih udah mampir ke blogku, ya. Semoga bermanfaat dan menginspirasi. Aku tunggu kritik dan sarannya ^-^