Kuntilanak 3 (2022)

Kuntilanak 3


Film Kuntilanak 3 yang disutradarai Rizal Mantovani dan skenario dari Alim Sudio ini berdurasi 105 menit. Menghadirkan genre horor anak plus fantasi ala Wizarding World layaknya Harry Potter.

Adegan pertama dalam film ini sebenarnya sudah bagus. Belum apa-apa, kita sudah diperlihatkan suasana horor. Tapi sayangnya, hal itu cuma berlangsung beberapa menit. Lebih dari satu jam selanjutnya, kita hanya menonton drama anak-anak di sekolah cenayang.

Semua bermula ketika Dinda (Nicole Rossi) dianggap aneh oleh teman-teman sekolahnya gara-gara memiliki kekuatan telekinesis. Apalagi setelah gadis kecil itu nggak sengaja melukai dua saudaranya sendiri, Panji (Adlu Fahrezy) dan Ambar (Ciara Brosnan yang aktingnya patut diacungi jempol meski cuma jadi cameo). Sebab itulah, Dinda meminta sang mama untuk memasukkannya ke sekolah cenayang bernama Sekolah Mata Hati biar bisa mengontrol kekuatannya.

Di sekolah itu, Dinda bertemu anak-anak yang punya kekuatan lain, seperti Uchi (Clarice Cutie) yang punya kemampuan berteleportasi, Mala (Romaria Simbolon) yang bisa merasakan kesedihan orang lain, dan Dennis (Farras Fatik) yang bisa bikin bola api.

Semua kehororan di awal film langsung buyar ketika sosok-sosok guru berpenampilan nyentrik mulai dihadirkan. Miss Adela (Nafa Urbach) dan Mister Bejo (Amink) yang berpenampilan ala Limbad. Ada pula Miss Lemmu dan Sang Kepala Sekolah Baskara. Cuma Eyang Sukma (Sara Wijayanto) yang berkostum sewajarnya.

Ternyata, Sekolah Mata Hati ini menyimpan suatu rahasia. Meski sekolah ini menyembunyikan alamatnya, ternyata wartawan masih bisa mengetahui adanya murid yang hilang. Sampai artikel yang disertai foto itu ditelusuri Miko (Ali Fikry) dan Kresna (Andryan Brima) yang merasa ada ketidakberesan di sekolah cenayang itu. Mereka nekat buat jemput Dinda.

Barulah ketika dua saudara Dinda itu sampe di sekolah cenayang ini, adegan horor demi horor ditampilkan lagi. Sukses bikin anakku ngumpet karena takut lihat sosok kuntilanaknya!

CGI dan visual audionya memang keren. Dan sepertinya, belum ada film Indonesia lainnya yang bikin film fantasi seperti ini. Bisa dikatakan ini film pertama yang menggunakan kecanggihan seperti itu.

Sayangnya, beberapa scene ketika pertarungan Dinda melawan kuntilanak, tampak ada jeda. Kalau yang nonton anak-anak mungkin nggak akan pengaruh, ya. Tapi buat yang udah paham, pasti akan geregetan sama akting pemainnya.

Dimulai dari ketika Dinda berhasil diselamatkan waktu upacara penyembahan. Dinda yang berhasil lepas dari ikatan, turun paling belakang, dan ditinggal sama Miss Adel beserta teman-temannya. Pertanyaannya, Dinda udah jelas tokoh utama yang wajib diselamatkan, kenapa Miss Adel ninggalin dia?

Juga ketika Miss Adel meminta Dinda buat nyanyi lagu Lingsir Wengi. Gadis itu malah bengong dan bikin Kresna kesakitan dilukai kuntilanak. Meski hanya sepersekian detik, tapi jeda di scene ini terlihat jelas. Bikin gemes yang nonton!

Akting Sara Wijayanto juga patut dapat apresiasi. Entah karena CGI atau kostum yang sesuai, bikin aktingnya di akhir film semakin sempurna. Meski happy ending karena akhirnya Dinda bisa berkumpul lagi sama keluarganya, tapi nggak diketahui pasti gimana nasib Pak Baskara, sang kepala sekolah. Beneran udah mati ketiban cor-coran?

Posting Komentar

0 Komentar